cctvjalanan.web.id Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) kembali mencatat prestasi internasional. Melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin), Indonesia berhasil menembus daftar Top 10 Global EdTech Prize pada World Schools Summit yang berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab. Penghargaan ini diberikan kepada inovasi pendidikan yang dinilai memiliki dampak besar dalam ekosistem belajar.
Pencapaian tersebut diraih berkat aplikasi Ruang GTK, sebuah platform digital yang mendukung pengembangan profesional guru Indonesia. Aplikasi ini memfasilitasi jutaan pendidik untuk belajar mandiri, mengikuti pelatihan, berbagi praktik baik, hingga memperluas kolaborasi. Di tengah luasnya ekosistem pendidikan nasional, aplikasi Ruang GTK dianggap mampu menjawab tantangan peningkatan kualitas tenaga pendidik secara merata.
Ruang GTK Diakui Sebagai Inovasi Besar untuk Guru
Kepala Pusdatin, Yudhistira Nugraha, menegaskan bahwa prestasi ini merupakan hasil kerja tim yang panjang. Ia menyebut aplikasi Ruang GTK sebagai wujud nyata transformasi pendidikan Indonesia yang lebih inklusif dan berbasis teknologi. Aplikasi ini memungkinkan guru dari berbagai daerah untuk mengakses pengembangan diri tanpa hambatan geografis.
Yudhistira mengapresiasi seluruh pihak yang bergerak di balik implementasi aplikasi tersebut. Menurutnya, penghargaan ini bukan tujuan akhir. Justru pencapaian ini menjadi motivasi bagi Kemendikdasmen untuk terus memperluas inovasi digital. Ia menekankan bahwa sistem pembelajaran masa depan membutuhkan dukungan teknologi yang kuat, terintegrasi, dan mudah digunakan.
Partisipasi Indonesia dalam World Schools Summit
Selama berlangsungnya World Schools Summit, delegasi Pusdatin mengikuti berbagai agenda. Salah satunya adalah SoGood Summit, sebuah forum internasional yang mempertemukan pemimpin pendidikan dari berbagai negara. Dalam acara tersebut, Yudhistira memaparkan konsep Rumah Pendidikan, yaitu ekosistem digital pada fitur Ruang Mitra yang memungkinkan partisipasi luas dari masyarakat, pemerintah daerah, serta mitra pendidikan.
Konsep Rumah Pendidikan bertujuan memperkuat kolaborasi lintas sektor. Melalui platform ini, guru, organisasi pendidikan, pemerintah daerah, hingga komunitas bisa saling berbagi data, materi, maupun praktik baik. Pusdatin menilai partisipasi semesta menjadi strategi penting dalam membangun pendidikan bermutu dan merata.
Selain itu, delegasi Indonesia juga mengikuti pertemuan multilateral dengan perwakilan dari Filipina, Ghana, Argentina, Ethiopia, Zimbabwe, Kolombia, dan Brazil. Setiap negara membahas tantangan dalam memperluas teknologi pendidikan, serta strategi untuk meningkatkan literasi digital di sekolah.
Delegasi Indonesia Berbagi Wawasan dan Belajar dari Banyak Negara
Rombongan Indonesia tidak hanya datang untuk presentasi, tetapi juga untuk bertukar wawasan. Delegasi turut diwakili oleh Agus Triarso, Kepala Bidang Tata Kelola SPBE dan Transformasi Digital; Muhammad Totok Prabowo, Penanggung Jawab Kebijakan SPBE; serta Kevin Arffandy, Deputi COO INA Digital Edu.
Selama beberapa hari, delegasi membahas isu-isu penting, seperti pengembangan pemimpin sekolah masa depan, inklusi teknologi pendidikan, keamanan data, serta penyusunan kebijakan digital yang berpihak pada guru. Diskusi tersebut membantu memperkaya perspektif Indonesia dalam merancang sistem pendidikan modern yang responsif terhadap perubahan teknologi.
Kevin menjelaskan bahwa INA Digital Edu berkomitmen mendukung Kemendikdasmen dalam mewujudkan pendidikan berkualitas bagi semua. Ia menegaskan bahwa teknologi tidak hanya digunakan sebagai alat bantu belajar, tetapi juga sebagai sistem pendukung yang mampu mempercepat peningkatan kompetensi guru dan satuan pendidikan.
Rumah Pendidikan Jadi Inovasi Unggulan di Ajang EdTech Competition
Dalam kompetisi EdTech yang menjadi bagian dari Summit, Pusdatin menampilkan inovasi Rumah Pendidikan melalui fitur Ruang GTK. Inovasi ini terpilih sebagai finalis pada kategori Non-Profit Organization. Pengakuan ini memperlihatkan bahwa Indonesia dinilai memiliki pendekatan kreatif dalam mengembangkan teknologi pendidikan berskala nasional.
Rumah Pendidikan dirancang sebagai satu pintu integrasi ekosistem belajar. Melalui platform ini, guru bisa mengakses pelatihan, berkolaborasi dengan sesama pendidik, serta terhubung dengan berbagai program pemerintah. Sistem ini juga memudahkan pemantauan data dan kinerja tenaga pendidik.
Rumah Pendidikan dinilai menjadi terobosan yang signifikan karena pendekatannya bukan hanya teknis, tetapi juga sosial. Platform ini membuka ruang partisipasi publik dan kolaborasi luas antar pemangku kepentingan. Inovasi tersebut mempermudah pemerataan kesempatan belajar bagi guru dari berbagai wilayah, termasuk daerah 3T.
Komitmen Indonesia Membangun EdTech yang Inklusif
Prestasi di kancah internasional ini menegaskan posisi Indonesia sebagai negara yang terus bergerak maju dalam sektor EdTech. Pusdatin menyatakan bahwa inovasi untuk pendidikan tidak boleh berhenti. Teknologi harus digunakan untuk menciptakan sistem belajar yang inklusif, kolaboratif, dan berdampak nyata.
Ruang GTK, Rumah Pendidikan, dan berbagai fitur lain yang dibangun oleh Kemendikdasmen menjadi bukti bahwa transformasi digital pendidikan sudah berjalan. Tantangan ke depan adalah memperluas jangkauan layanan, memperkuat kualitas konten, serta memastikan akses merata bagi seluruh guru di Indonesia.
Yudhistira menegaskan bahwa semua inovasi tersebut dikembangkan bukan hanya untuk kebutuhan jangka pendek, tetapi untuk masa depan pendidikan nasional. “Dari Indonesia untuk dunia” menjadi pesan utama yang dibawanya dalam forum internasional tersebut.
Penutup: Penghargaan Ini Awal dari Langkah Lebih Besar
Masuknya Kemendikdasmen ke dalam Top 10 Global EdTech Prize menunjukkan bahwa dunia mengakui upaya Indonesia membangun ekosistem pendidikan berbasis teknologi. Pencapaian ini menjadi titik awal untuk memperluas dampak EdTech nasional demi pendidikan yang lebih merata, modern, dan berkelanjutan.

Cek Juga Artikel Dari Platform updatecepat.web.id
