cctvjalanan.web.id Seleksi calon anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Gorontalo memasuki tahap penting. Setelah melalui seleksi administrasi dan Computer Assisted Test (CAT), kini 18 peserta mengikuti psikotes. Tahap ini menjadi penilaian krusial karena hasilnya sangat menentukan kelanjutan peserta di tahap berikutnya.
Psikotes disiapkan untuk memotret kemampuan peserta secara lebih menyeluruh. Peserta tidak hanya diuji dari sisi kecerdasan, tetapi juga cara berpikir, karakter, serta kesiapan menghadapi tekanan. KPID membutuhkan figur yang mampu bekerja profesional, independen, dan stabil secara emosional. Karena itu, tahapan psikotes menjadi salah satu filter paling ketat dalam proses seleksi.
Psikotes Digelar oleh Lembaga Profesional
Untuk menjaga objektivitas, Tim Seleksi menggandeng Biro Psikologi Sukma & Partners Co. Lembaga ini berpengalaman dalam asesmen berbagai instansi pemerintah dan perusahaan. Mereka dipercaya karena memiliki standar evaluasi yang ketat dan metodologi yang jelas.
Founder lembaga tersebut, Sukma Nurilawati Botutihe, menjelaskan bahwa psikotes kali ini menilai tiga aspek dasar. Pertama, kemampuan kognitif peserta yang mencakup daya analisis, kecepatan berpikir, dan pemahaman instruksi. Kedua, kepribadian peserta yang menyangkut karakter, sikap, serta kecenderungan perilaku dalam situasi tertentu. Ketiga, kemampuan manajerial dan sikap kerja, termasuk kepemimpinan, ketelitian, dan kemampuan berkolaborasi.
Ia menegaskan bahwa ketiga aspek itu harus terlihat seimbang. Komisioner tidak bisa hanya cerdas tanpa karakter yang stabil. Mereka harus mampu mengambil keputusan yang tepat, bersikap konsisten, dan menjaga integritas.
Ketua Tim Seleksi: Psikotes Menjadi Penentu Penting
Ketua Tim Seleksi KPID Provinsi Gorontalo, Mohammad Reza, menyampaikan bahwa hasil psikotes memiliki peran besar dalam penilaian akhir. Peserta tidak otomatis melanjutkan seleksi hanya karena lolos CAT. Hanya mereka yang mendapat hasil “Direkomendasikan” atau “Dipertimbangkan” yang berhak melaju ke tahap wawancara.
Menurutnya, psikotes membantu memetakan kesiapan peserta. Tes ini menunjukkan siapa yang mampu memikul tanggung jawab besar sebagai komisioner. Jabatan komisioner tidak hanya memerlukan kecerdasan, tetapi juga kepekaan, konsistensi, dan kemampuan menjaga independensi.
Reza menegaskan bahwa KPID bukan lembaga biasa. Mereka mengawasi isi siaran, menyelesaikan masalah penyiaran, dan menjaga agar lembaga penyiaran tetap patuh pada regulasi. Karena itu, proses seleksi harus dilakukan tanpa kompromi.
Seleksi Berlapis untuk Menghasilkan Komisioner Terbaik
Seleksi KPID Gorontalo disusun secara berlapis. Setiap tahap dirancang untuk menilai aspek yang berbeda dari para peserta. Seleksi administrasi memastikan kelengkapan berkas. CAT menilai pengetahuan dasar peserta tentang regulasi penyiaran. Psikotes memotret sisi kepribadian dan kemampuan berpikir peserta.
Tahap akhir adalah wawancara. Pada sesi ini, peserta akan diuji pemahaman mereka tentang isu penyiaran, tantangan lembaga penyiaran daerah, serta visi mereka untuk memperbaiki sistem. Wawancara juga menjadi ruang untuk melihat kemampuan komunikasi peserta. Komisioner harus bisa menjelaskan keputusan, menghadapi kritik, dan menjalin hubungan dengan lembaga penyiaran.
Tim Seleksi berharap seluruh tahapan dapat menyaring kandidat yang benar-benar layak. Mereka ingin komisioner yang mampu membawa penyiaran di Gorontalo menjadi lebih sehat, edukatif, dan sesuai kebutuhan masyarakat.
Tantangan Penyiaran di Era Digital Perlu Diantisipasi
KPID bekerja mengawasi lembaga penyiaran di tengah perkembangan teknologi yang sangat cepat. Kini, penyiaran tidak hanya terbatas pada televisi dan radio. Banyak konten berpindah ke platform digital dan media sosial. Tantangan ini menuntut komisioner yang adaptif dan paham dinamika ruang digital.
Karena itu, indikator kepribadian dan kemampuan manajerial menjadi penting. Komisioner harus mampu memahami cara kerja media digital, memprediksi dampaknya, dan mengambil langkah pengawasan yang sesuai. Mereka juga harus mampu menyusun pedoman baru untuk menjaga kualitas siaran di tengah arus informasi yang tak terbendung.
Psikotes Jadi Pondasi untuk Menilai Kesiapan Mental Peserta
Tahap psikotes memberikan gambaran awal tentang kesiapan mental peserta. Mereka yang tidak stabil, mudah terpengaruh, atau kurang teliti mungkin kesulitan mengemban tugas. KPID membutuhkan figur yang mampu berpikir jernih, bahkan dalam tekanan.
Hasil psikotes juga membantu Tim Seleksi memastikan bahwa para calon komisioner memiliki komitmen terhadap integritas. Lembaga penyiaran memiliki banyak tekanan eksternal, baik dari politik maupun bisnis. Komisioner harus mampu menjaga jarak dari semua pengaruh itu.
Harapan Lahirnya Komisioner Baru yang Kompeten dan Berintegritas
Tim Seleksi berharap proses ini melahirkan figur yang mampu memperkuat penyiaran daerah. Mereka ingin komisioner yang memiliki wawasan, berbudi pekerti baik, serta mampu bekerja sebagai tim. Dengan hadirnya komisioner yang tepat, kualitas penyiaran di Gorontalo diharapkan semakin meningkat.
Proses seleksi yang ketat ini juga menjadi bentuk komitmen pemerintah daerah untuk menjaga transparansi. Masyarakat berhak mendapatkan siaran yang layak, berimbang, dan edukatif. Komisioner adalah garda depan yang memastikan hal ini berjalan.
Penutup: Seleksi Ketat demi KPID yang Lebih Kuat
Psikotes bagi 18 kandidat ini menjadi titik penting dalam pembentukan komisioner KPID Gorontalo periode berikutnya. Proses dilakukan dengan objektif, melibatkan pihak profesional, dan disusun dalam beberapa tahap. Semua itu dilakukan demi memastikan bahwa komisioner terpilih memiliki kemampuan lengkap, mental kuat, dan komitmen tinggi terhadap kepentingan publik.
Jika seleksi berjalan konsisten, KPID Gorontalo akan memiliki pemimpin yang mampu menjaga ruang siaran yang sehat dan informatif. memiliki pondasi yang kokoh.

Cek Juga Artikel Dari Platform lagupopuler.web.id
